Inilah Pendapat Eks Napiter Poso, Mengenai Simpatisan dan DPO Teroris Poso

Iklan

,

Iklan

iklan

Inilah Pendapat Eks Napiter Poso, Mengenai Simpatisan dan DPO Teroris Poso

Redaksi Palu Ngataku
26 Feb 2022, 11:45 WIB Last Updated 2022-02-26T03:45:03Z



Palungataku.com, Poso - Eks Narapidana teroris (Napiter) ini hari-harinya diisi dengan mengurus usaha peternakan ayam petelur di desa Tabalu Kecamatan Poso Pesisir Kabuten Poso, Sulawesi Tengah.

Dia pernah merasakan pahitnya kehidupan dengan mendekam dan merasakan dinginnya dibalik jeruji besi selama lima tahun, pengalamannya dibagikan kepada awak media yang menemuinya di kandang ayamnya di Poso.

Rafly alias Furqon yang pernah terlibat tindak pidana terorisme di Poso, kini menjalani kehidupannya dengan lebih banyak bersyukur dan bahagia bersama keluarga kecilnya.

Kehidupan dipenjara mempertemukannya dengan sesosok orang tua yang mempunyai nasib yang sama. Dia adalah alumni Afganistan dan pernah terlibat kasus terorisme yaitu kasus bom Atrium, bom Kedubes Philipina dan kasus bom natal tahun 2000.

Rafly mengungkapkan “awal terbentuk dirinya untuk berubah saat dalam penjara dan waktu itu ada orang tua juga, dia alumni Afganistan,”

“jadi awalnya itu mulai berfikir positif itu dari saran-saran beliau atau saya panggil pak Abas, nama aslinya Edi Setiono,” tambahnya.

“Beliau pernah terlibat kasus bom Atrium, bom di Kedubes Philipina dan kasus bom natal tahun 2000, saran beliau itu membuat saya bisa berubah” jelasnya.

“Alhamdulillah dari situlah saya berniat untuk berfikir positif dan kembali dengan keluarga untuk menafkahi anak dan istri” ujar eks Napiter Poso ini.

Dengan adanya upaya Satgas Ops Madago Raya melakukan pendekatan secara persuasif atau lebih mengedepankan tindakan “soft approach” terhadap simpatisan, keluarga dan sisa 3 DPO teroris Poso, Rafly alias Furqon berpendapat,

"Itu berbicara masalah idiologi bukan berbicara masalah yang lain-lain tapi berbicara pemahaman, kalau dia pemahamanya sudah berubah kaya saya tidak perlu di ajak dia sendiri yang cari" ujarnya.

Memang diperlukan kesabaran dan tindakan nyata dari Pemerintah yang dapat meyakinkan serta merubah idiologi atau pemahaman mereka.

Sehingga dengan kesadarannya sendiri mereka akan menyerahkan diri, kembali ke NKRI dan siap mempertanggung jawabkan semua perbuatannya dihadapan hukum seperti saya, pungkasnya.

Peternakan kandang ayam yang berada di desa Tabalu ini dikelola oleh lima eks napiter Poso antara lain Rafly alias Furqon, Andang alias Ramadan, Daeng pasau, Arifuddin Lako dan Supriadi alias Upik yang merupakan bantuan dari pemerintah dan saat ini sudah mencapai 5.000 ekor. (*/**)

Iklan

Idul Fitri Kaopsda space iklan RADDIKALISME space iklan AYO BERIKLAN space iklan PALU NESIA